Kata
Terakhir
Suatu hari,aku sedang akan berangkat
ke sekolah. Aku senang sekali karena hari itu adalah hari dimana aku bisa
menunjukkan bakatku saat seleksi pentas seni tingkat SDku. Semoga aku mewakili
kelasku dalam ajang bergengsi itu.
Saat sampai di sekolah,aku sudah
tidak sabar untuk mengikuti seleksi. Banyak sekali yang mengikuti seleksi untuk
kelas masing-masing. Meski untuk kelas lima lumayan banyak,tetapi aku harus
optimis. Aku menjadi ingat pesan nenek bahwa kita tidak perlu takut dan ragu kalau
kita tidak memiliki kesalahan. Lalu,aku dipanggil untuk maju ke depan.
“Lolita,bakat apa yang akan kamu
tunjukkan?”Tanya Bu Shanty.
“Saya akan membawakan sebuah tarian
yang berasal dari Jawa Tengah,yaitu Tari Gambyong.”jawabku.
“Oke,sekarang tunjukkan bakatmu!”
Saat menari,aku sedikit grogi dan
tidak percaya diri akan bakat yang aku bawakan ini. Tapi,aku harus percaya diri
bahwa aku pasti bisa. Setelah selesai menari,Bu Shanty memberikan amplop
untukku. Lalu aku membukanya.
“Hore……aku mewakili kelas lima……”teriakku.
Setelah itu,aku lalu pulang dan pergi ke rumah nenek. Saat sampai di rumah
nenek,aku lalu memberikan amplop yang tadi diberikan Bu Shanty. Saat nenek
membacanya,nenek berkata padaku.
“Lolita sayang,nenek senang
mendengarmu menjadi wakil dari kelasmu,tetapi kamu juga harus ingat bahwa kamu
juga tidak boleh sombong dalam hal apapun.”kata nenekku.
“Baik nek,”jawabku. Setelah itu aku
pulang.
Saat malam hari,aku berlatih dengan
keras agar esok hari aku bisa menjadi juara satu dan nenek bangga melihatku.
Tapi,kalau aku kalah,aku akan menerima dengan lapang dada dan tidak berkecil
hati. Masih ada kesempatan di hari esok. Setelah itu aku mkan malam.
“Mi,nenek besok akan melihat
Lolita,kan?”tanyaku pada Mimi.
“Mimi juga tidak tahu. Kamu tadi tidak
bertanya pada nenek?”jawab Mimi.
“Lolita lupa,Mi,”
“Ya sudah. Kalau begitu kamu
menelpon nenek sekarang saja,”
“Baik,Mi.”
Saat menelpon nenek,ternyata yang
mengangkat telepon adalah tante. Lalu,aku bertanya pada tante apakah besok
nenek akan melihatku di sekolah. Tante menjawab dengan nada marah padaku dan
langsung menutup pembicaraan.lalu,aku kembali ke kamar.
Keesokan harinya,setelah aku
mandi,telpon rumahku berbunyi. Lalu,aku mengangkatnya.
“Halo,dengan siapa ini?”tanyaku.
“Ini tante,Lolita,”jawabnya.
“Oh rupanya dari tante. Ada apa?”
“Sekarang kamu dan Pipi,Mimi,dan
kakakmu pergilah ke rumah sakit di daerah Jl.Kepodhang!”
“Memang ada apa?”
“Nenek sakitnya kambuh lagi.”
“Baik,tante.”
Aku langsung memberi tahu Pipi.
Lalu,kami berangkat ke rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit,aku langsung
mencari nama nenekku di papan daftar pasien. Ternyata nenek berada di ruang
ICU. Aku langsung mencari ruang ICU.
Saat sampai di ruangan tersebut,aku
langsung masuk dan menangis. Lalu,aku memeluk nenek.
“Nek,nenek tidak
apa-apa,kan?”tanyaku.
“Lolita,nenek akan segera menyusul
kakek di atas sana. Jadi, nenek berharap bahwa kamu bisa menjalankan nasihat
nenek. Ambillah buku harian berwarna biru di lemari nenek di rumahmu. Itu
untukmu sejati,”jawab nenek.
“Terima kasih,nek,”
“Sama-sama cucuku,a……ah……”
“Nenek……”
Sampai di sekolah,riasan wajahku
menjadi berantakan. Aku lalu meriasnya kembali. Lalu,namaku disebut untuk
menampilkan bakatku.
Akhirnya selesai juga. Saatnya
pengumuman pemenang yang akan maju lomba tingkat kecamatan. Jantungku berdebar
kencang. Dalam hatiku berkata bahwa aku bisa menjadi nomor satu. Akhirnya,Bu
Nicole naik ke atas panggung.
“Saya umumkan juara dari juara
tiga,juara tiga diraih oleh…kelas empat,juara dua diraih oleh…kelas enam,juara
satu diraih oleh……kelas lima,selamat untuk para pemenang. Yang belum menang
jangan berkecil hati.” Aku lalu naik ke atas panggung untuk menerima hadiah.
Meski tak seberapa,namun aku tetap bangga dengan prestasiku.
Setelah sampai di rumah,aku lalu membuka
almari yang dikatakan nenek. Ternyata benar,itu ada sebuah buku diary yang
berisi fotoku saat kecil. Aku senang sekali. Meski nenek telah pergi tuk
selamanya,namun takkan ku lupakan begitu saja. Nenek terbaik di dunia.
BY:
DIKA SAPUTRI
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar