Halaman

Minggu, 11 Maret 2012

CERPEN UNTUK TUGAS BAHASA INDONESIA


Kata Terakhir
            Suatu hari,aku sedang akan berangkat ke sekolah. Aku senang sekali karena hari itu adalah hari dimana aku bisa menunjukkan bakatku saat seleksi pentas seni tingkat SDku. Semoga aku mewakili kelasku dalam ajang bergengsi itu.
            Saat sampai di sekolah,aku sudah tidak sabar untuk mengikuti seleksi. Banyak sekali yang mengikuti seleksi untuk kelas masing-masing. Meski untuk kelas lima lumayan banyak,tetapi aku harus optimis. Aku menjadi ingat pesan nenek bahwa kita tidak perlu takut dan ragu kalau kita tidak memiliki kesalahan. Lalu,aku dipanggil untuk maju ke depan.
            “Lolita,bakat apa yang akan kamu tunjukkan?”Tanya Bu Shanty.
            “Saya akan membawakan sebuah tarian yang berasal dari Jawa Tengah,yaitu Tari Gambyong.”jawabku.
            “Oke,sekarang tunjukkan bakatmu!”
            Saat menari,aku sedikit grogi dan tidak percaya diri akan bakat yang aku bawakan ini. Tapi,aku harus percaya diri bahwa aku pasti bisa. Setelah selesai menari,Bu Shanty memberikan amplop untukku. Lalu aku membukanya.
            “Hore……aku mewakili kelas lima……”teriakku. Setelah itu,aku lalu pulang dan pergi ke rumah nenek. Saat sampai di rumah nenek,aku lalu memberikan amplop yang tadi diberikan Bu Shanty. Saat nenek membacanya,nenek berkata padaku.
            “Lolita sayang,nenek senang mendengarmu menjadi wakil dari kelasmu,tetapi kamu juga harus ingat bahwa kamu juga tidak boleh sombong dalam hal apapun.”kata nenekku.
            “Baik nek,”jawabku. Setelah itu aku pulang.
            Saat malam hari,aku berlatih dengan keras agar esok hari aku bisa menjadi juara satu dan nenek bangga melihatku. Tapi,kalau aku kalah,aku akan menerima dengan lapang dada dan tidak berkecil hati. Masih ada kesempatan di hari esok. Setelah itu aku mkan malam.
            “Mi,nenek besok akan melihat Lolita,kan?”tanyaku pada Mimi.
            “Mimi juga tidak tahu. Kamu tadi tidak bertanya pada nenek?”jawab Mimi.
            “Lolita lupa,Mi,”
            “Ya sudah. Kalau begitu kamu menelpon nenek sekarang saja,”
            “Baik,Mi.”
            Saat menelpon nenek,ternyata yang mengangkat telepon adalah tante. Lalu,aku bertanya pada tante apakah besok nenek akan melihatku di sekolah. Tante menjawab dengan nada marah padaku dan langsung menutup pembicaraan.lalu,aku kembali ke kamar.
            Keesokan harinya,setelah aku mandi,telpon rumahku berbunyi. Lalu,aku mengangkatnya.
            “Halo,dengan siapa ini?”tanyaku.
            “Ini tante,Lolita,”jawabnya.
            “Oh rupanya dari tante. Ada apa?”
            “Sekarang kamu dan Pipi,Mimi,dan kakakmu pergilah ke rumah sakit di daerah Jl.Kepodhang!”
            “Memang ada apa?”
            “Nenek sakitnya kambuh lagi.”
            “Baik,tante.”
            Aku langsung memberi tahu Pipi. Lalu,kami berangkat ke rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit,aku langsung mencari nama nenekku di papan daftar pasien. Ternyata nenek berada di ruang ICU. Aku langsung mencari ruang ICU.
            Saat sampai di ruangan tersebut,aku langsung masuk dan menangis. Lalu,aku memeluk nenek.
            “Nek,nenek tidak apa-apa,kan?”tanyaku.
            “Lolita,nenek akan segera menyusul kakek di atas sana. Jadi, nenek berharap bahwa kamu bisa menjalankan nasihat nenek. Ambillah buku harian berwarna biru di lemari nenek di rumahmu. Itu untukmu sejati,”jawab nenek.
            “Terima kasih,nek,”
            “Sama-sama cucuku,a……ah……”
            “Nenek……”
            Sampai di sekolah,riasan wajahku menjadi berantakan. Aku lalu meriasnya kembali. Lalu,namaku disebut untuk menampilkan bakatku.
            Akhirnya selesai juga. Saatnya pengumuman pemenang yang akan maju lomba tingkat kecamatan. Jantungku berdebar kencang. Dalam hatiku berkata bahwa aku bisa menjadi nomor satu. Akhirnya,Bu Nicole naik ke atas panggung.
            “Saya umumkan juara dari juara tiga,juara tiga diraih oleh…kelas empat,juara dua diraih oleh…kelas enam,juara satu diraih oleh……kelas lima,selamat untuk para pemenang. Yang belum menang jangan berkecil hati.” Aku lalu naik ke atas panggung untuk menerima hadiah. Meski tak seberapa,namun aku tetap bangga dengan prestasiku.
            Setelah sampai di rumah,aku lalu membuka almari yang dikatakan nenek. Ternyata benar,itu ada sebuah buku diary yang berisi fotoku saat kecil. Aku senang sekali. Meski nenek telah pergi tuk selamanya,namun takkan ku lupakan begitu saja. Nenek terbaik di dunia.
BY: DIKA SAPUTRI

TAMAT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar