Halaman

Senin, 19 November 2012

SEJARAH SMP KELAS 8 KEBANGKITAN NASIONAL

RANGKUMAN


1.       Ciri-ciri khusus pelaksanaan pendidikan bagi pribumi :
a.       Diterapkan prinsip gradualisme (berangsur-angsur). Alasan diterapkannya :
                                                  i.      Pendidikan bagi pribumi memakan biaya besar.
                                                ii.      Menjaga agar pribumi tidak bisa mengalahkan anak Belanda.
                                              iii.      Memperlambat dan menghambat gerak maju intelektual anak agar tidak menjadi ancaman bagi kedudukan kolonial Belanda.
b.      Pemberlakuan prinsip dualisme pendidikan bagi Belanda dan pribumi. Tujuan diskriminasi :
                                                  i.      Mempertahankan kedudukan Belanda sebagai penjajah dan pribumi sebagai terjajah.
                                                ii.      Menumbuhkan bibit pertentangan di antara penduduk pribumi kaya dan miskin demi mendukung politik devide et impera Belanda.
c.       Adanya keterbatasan tujuan bagi sekolah bumiputra. Tujuannya sekedar menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang terampil dan murah.
d.      Pelaksanaan prinsip konkordansi. Tujuannya agar pendidikan di Hindia-Belanda mempunyai kurikulum dan standar pendidikan yang sama dengan sekolah-sekolah di Belanda.
e.      Tidak ada perencanaan pendidikan yang sistematis
2.       Jenjang dan jenis sekolah :
a.       Setingkat SD :
                                                  i.      ELS (1817) : keturunan eropa, keturunan timur asing, keturunan pribumi dari tokoh terkemuka (7 tahun).
                                                ii.      HCS (1908) : keturunan cina (7 tahun).
                                              iii.      HIS (1914) : pribumi asli yang umumnya anak bangsawan, tokoh terkemuka/ pegawai negeri (7 tahun).
                                               iv.      Twede Klasse School (1892) : pribum (5 tahun).
                                                 v.      Volksschool (1907) : pribumi (3 tahun).
                                               vi.      Vervolgschool (1914) : pribumi (2 tahun).
                                             vii.      Schakelschool (peralihan) : pribumi (5 tahun. Bisa melanjutkan ke MULO).
b.      Setingkat SMP/SMA :
                                                  i.      MULO (1914) : pribumi dan timur asing (3-4 tahun).
                                                ii.      AMS (1915) : lanjutan MULO, 3 jurusan : sastra timur, klasik barat, pengetahuan alam (3-4 tahun)
                                              iii.      HBS (1860) : lanjutan ELS (3 tahun). yang 5 tahun didirikan pada tahun 1867.
                                               iv.      OSVIA (1900) : menerima lulusan ELS, sekolah pendidikan pegawai pribumi (5 tahun). Pada tahun 1927 menjadi sederajat SMU, MOSVIA (3 tahun) dan menerima lulusan MULO.
                                                 v.      STOVIA (1902) : menerima lulusan MULO, sekolah dokter pribumi (7 tahun). pada tahun 1913 didirikan sekolah sejenis di Surabaya, yaitu NIAS.
c.       Pendidikan Menengah Kejuruan.
                                                  i.      Ambachts Leergang (1881) : sekolah pertukangan (2 tahun), menerima lulusan Twede Klasse School, bahasa daerah.
                                                ii.      Ambachtsschool : sekolah pertukangan (3 tahun), menerima lulusan HIS,HCS, dan Schakelschool, bahasa belanda.
                                              iii.      Technisch Onderwijs (1906) : pendidikan teknik (3 tahun), lanjutan dari Ambachtsschool.
                                               iv.      Handels Onderwijs (1914) : pendidikan dagang (3 tahun), ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
                                                 v.      Landbouw Onderwijs (1903) : sekolah pertanian (3-4 tahun), ditujukan memenuhi kebutuhan agraris dan perusahaan perkebunan Eropa.
                                               vi.      Meisjes Vakonderwijs (1918) : sekolah kewanitaan (3 tahun).
                                             vii.      Kweeksschool (1851) : sekolah keguruan.
d.      Pendidikan Tinggi
                                                  i.      GHS (1927) : sekolah tinggi kedokteran (6 tahun), menerima lulusan AMS/HBS.
                                                ii.      RHS (1924) : sekolah tinggi hukum (5 tahun), menerima lulusan AMS/HBS.
                                              iii.      THS (1920) : sekolah tinggi teknik, sekarang dikenal sebagai ITB.
3.       Lembaga pendidikan berbasis Islam :
a.       Pesantren Tebu Ireng, Jombang (1899).
b.      Muhammadiyah, Yogyakarta (1912).
c.       Sumatra Thawalib, Minangkabau (1918).
d.      Madrasah Normal Islam Amuntai, Kalsel (1928).
4.       Dalam situasi pelaksanaan politik tanam paksa, muncul tulisan Van Deventer berjudul Een Eereschuld pada majalah de Gids tahun 1899 yang mengandung ‘Politik Etis’ yang berisi :
a.       Irigasi.
b.      Transmigrasi.
c.       Edukasi.
5.       Pers : Orang yang berusaha mengumpulkan dan menyiarkan berita melalui majalah, surat kabar, dan radio.
6.       Surat kabar yang dikelola organisasi-organisasi pergerakan :
a.       Darmo Kondo : Budi Utomo.
b.      Oetoesan Hindia : Sarikat Islam.
c.       Het Tidjschrift & De Expres : Indiche Partij.
7.       Pemerintah Hindia Belanda menghambat laju pengaruh pers dengan memanfaatkan Staat Blad (Lembaran Negara) no. 74 tahun 1856.
8.       Pemuda Indonesia di Belanda menerbitkan majalahHindia Poetra. Lalu diganti menjadi Indonesia Merdeka.
9.       Faktor Internal timbulnya pergerakan nasional :
a.       Adanya penderitaan lahir batin rakyat Indonesia sebagai akibat penjajahan.\
b.      Lahirnya kaum terpelajar di Indonesia.
10.   Faktor Eksternal timbulnya pergerakan nasional :
a.       Kemenangan Jepang atas Rusia pada perang tahun 1904-1905.
b.      Munculnya gerakan nasional di berbagai negara.
11.   Organisasi pergerakan nasional yang bersifat etnik :
a.       Budi Utomo (20 Mei 1908) didirikan oleh Soetomo,.
b.      Sarikat Islam (10 September 1911) didirikan oleh H.O.S Cokroaminoto.
c.       Indische Partij (25 Desember 1912) didirikan oleh Dr. Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara.
12.   Organisasi bersifat kedaerahan : Jong Java, Jong Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon.
13.   Organisasi bersifat keagamaan : Sumatera Thawalib, JIB, Persatuan Pemuda Kristen, dan Persatuan Pemuda Katolik.
14.   Organisasi pada masa Radikal :
a.       Perhimpunan Indonesia (1924) didirikan oleh Sutan Kasayangan, dan R.M. Noto Suroto di Belanda. Diketuai oleh R. Iwa Koesoema Soemantri.
b.      PNI (1927) didirikan oleh Ir. Soekarno di Bandung. 3 Asas PNI : Self-help, Nonkooperasi, dan Marhenisme.
c.       PKI (1920) paham komunis pertama kali diperkenalkan oleh Sneevliet.
15.   Organisasi pada masa Moderat :
a.       Partai Indonesia Raya (1935) didirikan oleh dr. Soetomo dan merupakan gabungan dari Budi Utomo dan PBI.
b.      Gerakan Rakyat Indonesia (1937) diketuai oleh Drs. A.K. Gani. Ketua muda adalah Mr. Sartono. Sekretaris adalah R. Wilopo.
c.       Gabungan Politik Indonesia (1939) merupakan gabungan dari partai Parindra, Gerindo, Pasundan, Partai Sarikat Islam Indonesia, Persatuan Minahasa, Persatuan Partai Katolik Indonesia, dan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.
16.   Manifesto Politik : Suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok terhadap suatu masalah negara. Konsep ini dimunculkan oleh Perhimpunan Indonesia dalam majalah Hindia Poetra.
17.   Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 di Jakarta. Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Diketuai oleh Sugondo Joyopuspito. Keputusan Kongres Sumpah Pemuda II :
a.       Ikrar Sumpah Pemuda.
b.      Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
c.       Bendera Merah Putih sebagao bendera pusaka bangsa Indonesia.
d.      Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.
18.   Kongres Perempuan Pertama pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta dihadiri  Ny. Sukamto, Ny. Ki Hajar Dewantara, dan Nona Suyatin.
19.   Kongres Perempuan Kedua pada tanggal 20-24 Juli 1935 dipimpin Ny. Sri Mangunsarkoro. Pembicaraan mengarah pada masalah perburuhan perempuan, pemberantasan buta huruf, dan pernikahan.
20.   Kongres Perempuan Ketiga diselenggaran di Bandung pada tanggal 23-28 Juli 1938 dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja. Lalu menyetujui RUU tentang Perkawaninan Modern yang disusun oleh Ny. Maria Ulfah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar