1.
Ciri-ciri khusus pelaksanaan
pendidikan bagi pribumi :
a.
Diterapkan prinsip gradualisme
(berangsur-angsur). Alasan diterapkannya :
i.
Pendidikan bagi pribumi memakan
biaya besar.
ii.
Menjaga agar pribumi tidak bisa
mengalahkan anak Belanda.
iii.
Memperlambat dan menghambat gerak
maju intelektual anak agar tidak menjadi ancaman bagi kedudukan kolonial
Belanda.
b.
Pemberlakuan prinsip dualisme
pendidikan bagi Belanda dan pribumi. Tujuan diskriminasi :
i.
Mempertahankan kedudukan Belanda
sebagai penjajah dan pribumi sebagai terjajah.
ii.
Menumbuhkan bibit pertentangan di
antara penduduk pribumi kaya dan miskin demi mendukung politik devide et impera
Belanda.
c.
Adanya keterbatasan tujuan bagi
sekolah bumiputra. Tujuannya sekedar menghasilkan pegawai administrasi Belanda
yang terampil dan murah.
d.
Pelaksanaan prinsip konkordansi.
Tujuannya agar pendidikan di Hindia-Belanda mempunyai kurikulum dan standar
pendidikan yang sama dengan sekolah-sekolah di Belanda.
e.
Tidak ada perencanaan pendidikan
yang sistematis
2.
Jenjang dan jenis sekolah :
a.
Setingkat SD :
i.
ELS (1817) : keturunan eropa,
keturunan timur asing, keturunan pribumi dari tokoh terkemuka (7 tahun).
ii.
HCS (1908) : keturunan cina (7
tahun).
iii.
HIS (1914) : pribumi asli yang
umumnya anak bangsawan, tokoh terkemuka/ pegawai negeri (7 tahun).
iv.
Twede Klasse School (1892) :
pribum (5 tahun).
v.
Volksschool (1907) : pribumi (3
tahun).
vi.
Vervolgschool (1914) : pribumi (2
tahun).
vii.
Schakelschool (peralihan) :
pribumi (5 tahun. Bisa melanjutkan ke MULO).
b.
Setingkat SMP/SMA :
i.
MULO (1914) : pribumi dan timur
asing (3-4 tahun).
ii.
AMS (1915) : lanjutan MULO, 3
jurusan : sastra timur, klasik barat, pengetahuan alam (3-4 tahun)
iii.
HBS (1860) : lanjutan ELS (3
tahun). yang 5 tahun didirikan pada tahun 1867.
iv.
OSVIA (1900) : menerima lulusan
ELS, sekolah pendidikan pegawai pribumi (5 tahun). Pada tahun 1927 menjadi sederajat
SMU, MOSVIA (3 tahun) dan menerima lulusan MULO.
v.
STOVIA (1902) : menerima lulusan
MULO, sekolah dokter pribumi (7 tahun). pada tahun 1913 didirikan sekolah
sejenis di Surabaya, yaitu NIAS.
c.
Pendidikan Menengah Kejuruan.
i.
Ambachts Leergang (1881) : sekolah
pertukangan (2 tahun), menerima lulusan Twede Klasse School, bahasa daerah.
ii.
Ambachtsschool : sekolah
pertukangan (3 tahun), menerima lulusan HIS,HCS, dan Schakelschool, bahasa
belanda.
iii.
Technisch Onderwijs (1906) :
pendidikan teknik (3 tahun), lanjutan dari Ambachtsschool.
iv.
Handels Onderwijs (1914) :
pendidikan dagang (3 tahun), ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
v.
Landbouw Onderwijs (1903) :
sekolah pertanian (3-4 tahun), ditujukan memenuhi kebutuhan agraris dan
perusahaan perkebunan Eropa.
vi.
Meisjes Vakonderwijs (1918) :
sekolah kewanitaan (3 tahun).
vii.
Kweeksschool (1851) : sekolah
keguruan.
d.
Pendidikan Tinggi
i.
GHS (1927) : sekolah tinggi
kedokteran (6 tahun), menerima lulusan AMS/HBS.
ii.
RHS (1924) : sekolah tinggi hukum
(5 tahun), menerima lulusan AMS/HBS.
iii.
THS (1920) : sekolah tinggi
teknik, sekarang dikenal sebagai ITB.
3.
Lembaga pendidikan berbasis Islam
:
a.
Pesantren Tebu Ireng, Jombang
(1899).
b.
Muhammadiyah, Yogyakarta (1912).
c.
Sumatra Thawalib, Minangkabau
(1918).
d.
Madrasah Normal Islam Amuntai,
Kalsel (1928).
4.
Dalam situasi pelaksanaan politik
tanam paksa, muncul tulisan Van Deventer berjudul Een Eereschuld pada majalah
de Gids tahun 1899 yang mengandung ‘Politik Etis’ yang berisi :
a.
Irigasi.
b.
Transmigrasi.
c.
Edukasi.
5.
Pers : Orang yang berusaha
mengumpulkan dan menyiarkan berita melalui majalah, surat kabar, dan radio.
6.
Surat kabar yang dikelola
organisasi-organisasi pergerakan :
a.
Darmo Kondo : Budi Utomo.
b.
Oetoesan Hindia : Sarikat Islam.
c.
Het Tidjschrift & De Expres :
Indiche Partij.
7.
Pemerintah Hindia Belanda
menghambat laju pengaruh pers dengan memanfaatkan Staat Blad (Lembaran Negara)
no. 74 tahun 1856.
8.
Pemuda Indonesia di Belanda menerbitkan
majalahHindia Poetra. Lalu diganti menjadi Indonesia Merdeka.
9.
Faktor Internal timbulnya
pergerakan nasional :
a.
Adanya penderitaan lahir batin
rakyat Indonesia sebagai akibat penjajahan.\
b.
Lahirnya kaum terpelajar di
Indonesia.
10.
Faktor Eksternal timbulnya
pergerakan nasional :
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia pada
perang tahun 1904-1905.
b.
Munculnya gerakan nasional di
berbagai negara.
11.
Organisasi pergerakan nasional
yang bersifat etnik :
a.
Budi Utomo (20 Mei 1908) didirikan
oleh Soetomo,.
b.
Sarikat Islam (10 September 1911)
didirikan oleh H.O.S Cokroaminoto.
c.
Indische Partij (25 Desember 1912)
didirikan oleh Dr. Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara.
12.
Organisasi bersifat kedaerahan :
Jong Java, Jong Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon.
13.
Organisasi bersifat keagamaan : Sumatera
Thawalib, JIB, Persatuan Pemuda Kristen, dan Persatuan Pemuda Katolik.
14.
Organisasi pada masa Radikal :
a.
Perhimpunan Indonesia (1924)
didirikan oleh Sutan Kasayangan, dan R.M. Noto Suroto di Belanda. Diketuai oleh
R. Iwa Koesoema Soemantri.
b.
PNI (1927) didirikan oleh Ir.
Soekarno di Bandung. 3 Asas PNI : Self-help, Nonkooperasi, dan Marhenisme.
c.
PKI (1920) paham komunis pertama
kali diperkenalkan oleh Sneevliet.
15.
Organisasi pada masa Moderat :
a.
Partai Indonesia Raya (1935)
didirikan oleh dr. Soetomo dan merupakan gabungan dari Budi Utomo dan PBI.
b.
Gerakan Rakyat Indonesia (1937)
diketuai oleh Drs. A.K. Gani. Ketua muda adalah Mr. Sartono. Sekretaris adalah
R. Wilopo.
c.
Gabungan Politik Indonesia (1939)
merupakan gabungan dari partai Parindra, Gerindo, Pasundan, Partai Sarikat
Islam Indonesia, Persatuan Minahasa, Persatuan Partai Katolik Indonesia, dan
Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.
16.
Manifesto Politik : Suatu
pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok
terhadap suatu masalah negara. Konsep ini dimunculkan oleh Perhimpunan
Indonesia dalam majalah Hindia Poetra.
17.
Kongres Pemuda I pada tanggal 30
April – 2 Mei 1926 di Jakarta. Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928
di Jakarta. Diketuai oleh Sugondo Joyopuspito. Keputusan Kongres Sumpah Pemuda
II :
a.
Ikrar Sumpah Pemuda.
b.
Lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan.
c.
Bendera Merah Putih sebagao
bendera pusaka bangsa Indonesia.
d.
Semua organisasi pemuda dilebur
menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.
18.
Kongres Perempuan Pertama pada
tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta dihadiri
Ny. Sukamto, Ny. Ki Hajar Dewantara, dan Nona Suyatin.
19.
Kongres Perempuan Kedua pada
tanggal 20-24 Juli 1935 dipimpin Ny. Sri Mangunsarkoro. Pembicaraan mengarah
pada masalah perburuhan perempuan, pemberantasan buta huruf, dan pernikahan.
20.
Kongres Perempuan Ketiga
diselenggaran di Bandung pada tanggal 23-28 Juli 1938 dipimpin oleh Ny. Emma
Puradireja. Lalu menyetujui RUU tentang Perkawaninan Modern yang disusun oleh
Ny. Maria Ulfah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar