Halaman

Senin, 19 November 2012

DRAMA UNTUK TUGAS SEKOLAH


Seseorang Yang Menanti Kematiannya

Kenalan yuk sama pemerannya!!
Kima : gadis berumur 13 tahun (pemeran utama)
Ibu: ibu kima nama aslinya saumi sano
Sinta : teman lama kima yang tinggal di amerika dia ini sahabat dekat kima
Sella: sahabat kima dari SD kelas 4
***** cerita *******
Prolog :  dia sudah lama merasakan penyakit yang sangat menyakitkan tetapi dia tak pernah tau apa penyakit yang dia derita Selama ini. Nama nya Kima dia tinggal bersama ibu nya karena ayahnya telah meninggal waktu ia kelas 6 sd ia sekarang kelas 8 dia bersekolah di SMPN Harapan Bangsa.
Scene 1:Siang hari yang cerah di sebuah kompleks perumahan terdapat orang yang baru menempati rumah baru itu.
Kima :Ibu,rumah nya megah dan indah ya! (penuh semangat)                    
Ibu : Iya nak,sekarang kamu makan dulu karena dari tadi pagi kamu belum makan. (khawatir)
Kima: Baiklah bu aku makan dahulu ya. (tersenyum,ceria)
Scene 2: Di sebuah ruang makan yang luas dan asri terdapat seorang gadis yang sedang mencari makan lalu seorang wanita paruh baya menghampirinya.
Kima: Ibu,makanan nya kemana? (menoleh ke kiri dan ke kanan)
Ibu: Oh iya,Ibu lupa ini makanannya! (mengambil sesuatu dari dalam kulkas)
Kima: Oke bu Kima makan dulu. (tersenyum)
Scene 3
Di dalam kamar Kima
Kima (berbicara pada diri sendiri): akhir-akhir ini kenapa aku sering puSing bahkan terkadang                                aku mimisan aneh sekali
Tiba-tiba semua terasa gelap gulita dan ternyata Kima pingsan Ibu pun yang sedang memasak di dapur mendengar bunyi yang keras di dalam kamar Kima segera menghampiri kamar Kima
Ibu: Kima ada apa nak? (khawatir)
Ibu pun mencoba memanggil Kima berulang kali tetapi tidak ada jawabar Ibu lalu membuka pintu  kamar Kima.
Ibu: Astaga Kima  kenapa bisa seperti ini?! (berteriak,khawatir)
Ibu pun membawa Kima ke rumah sakit
Scene 4
Di rumah sakit 
Ibu yang sejak tadi menuggu di depan ruang ICU pun tak kuasa menehan tangis tak lama datanglah seseorang berbaju putih yang tak lain adalah seorang dokter yang menangani Kima
Ibu : Bagaimana dokter, keadaan putri saya? (khawatir)
Dokter: putri anda baik-baik saja tetapi dia menderita penyakit yang cukup parah.                           
Ibu : putri saya sakit apa dokter? (khawatir)
 Dokter : putri anda menderita penyakit  leukemia  stadium 3 bu,ini sudah sangat membahayakan bagi kehidupan putri anda.
Ibu: apa dok!apakah dokter sudah periksa ? mungkin,dugaan dokter salah! (tidak  terima)
Dokter : kami sudah memeriksanya bu tetapi memang anak anda memiliki kelainan darah putih.     
Ibu:  Lalu,apa yang harus saya lakukan untuk mengobati putri saya?
Dokter : Putri anda akan saya khemoterapi,ini akan membuat sebagian Sel kanker nya mati
Ibu  : baiklah dokter,saya akan mengikuti saran dokter.
Dokter: ya sudah bu,saya akan mengunjungi pasien lainnya.
Ibu : Iya dokter terimakasih.
Scene 5  di ruang melati (kamar Kima di rumah sakit)
Ibu : Kima,bagaimana keadaan kamu nak? (cemas)
Kima : Kima tidak apa-apa bu mungkin hanya kecapean
Ibu : Nak Ibu ingin bicara jujur dengan mu.
Kima : memang nya ada apa denganku bu?
Ibu: begini nak,kamu menderita penyakit  leukemia  stadium 3 (sedih)
Kima : apa,aku menderita penyakit leukemia?! (menjerit)
Ibu : iya nak dan besok kamu akan di khemoterapi.  (sedih)
Kima : Ibu,bukannya khemoterapi itu dapat menyebabkan rambut ku rontok? (sedih)
Ibu : iya nak  tapi itu jalannya agar kamu dapat sembuh.
Prolog : hari demi hari pun datang Kima sudah di terapi Selama 4 kali rambutnya pun mulai rontok dari khemoterapi pertama dan sekarang rambutnya pun tinggal sedikit dan dia terpaksa memotong rambutnya hingga botak.
Scene 6  di rumah Kima
Ibu : nak,ayo kamu berangkat sekolah.
Kima: aku malu bu,rambutku sudah botak seperti ini! (sedih)
Ibu : kau harus memakai  kerudung nak.
Kima pun akhirnya memakai kerudung seperti saran Ibu.
Scene 7 SMPN Harapan Bangsa.
*sesampainya di  SMPN Harapan Bangsa.*
Sella : Kima kamu sekarang berjilbab ya ?
Kima: iya Sel. (dengan tersenyum kecil)
Sella : kamu sudah lama tidak masuk sekolah memang nya kamu kemana?
Kima : mmmm akkku (gugup)
Belum Selesai Kima menjawab pertanyaan dari Sella bel masuk pun berbunyi
*kriiiiiinggggg*
Scene 8  kelas Kima
Jam pelajaran pun Selesai banyak anak yang pergi ke kantin ,Kima hanya duduk  termenung.
Sella : Kima,kenapa kamu tidak ke kantin?
Kima: aku malas! (marah)
Sella: sepertinya kamu banyak masalah,ceritakanlah (khawatir)
Kima : memang Sel,aku menderia leukemia stadium 3 aku akan mati Sel dan aku mengenakan jilbab karena  rambutku habis karena terkena efek khemoterapi! (Marah)
Sella: bersabarlah Kima mungkin itu cobaan dari tuhan dan setiap cobaan pasti ada jalan. (sedih)
Kima : sabar aku sudah berusaha tapi ini semua enggak adil!  Aku sudah pasrah Sel! (marah)
Sella: Kima kamu harus berjuang melawan penyakit ini! (menahan tangis)
Kima: tapi aku sudah muak tiap hari harus menahan sakit akibat khemoterapi dan transfusi plasma darah!
Sella : sabar Kima kamu harus …..
Belum Selesai  Sella berbicara hidung Kima sudah meneteskan darah segar dan tiba-tiba Kima pingsan.
*********
Scene 9 di rumah sakit (kamar Kima, bangsal bougenvil)
Kima: aku dimana  Ibu?
Ibu : tadi kamu pingsan nak sewaktu di sekolah kamu jangan melakukan banyak aktivitas.
Kima: biarlah bu aku biarkan kecapean,aku sudah pasrah bu biar tuhan memanggil aku agar aku dapat di atas sana bersama ayah bu,sudah lama sekali aku tidak melihat ayah.
Ibu : stop Kima kamu tidak boleh bicara seperti itu nak! (menahan tangis)
Kima : memangnya kenapa bu?aku sudah muak dengan semua ini! (menangis)
Ibu : sudahlah nak kamu harus bersabar! (menangis kemudian berjalan keluar meninggalkan Kima)
Scene 10 di rumah Kima
Ibu : Kima sekarang kamu tidur di kamar ya jangan terlalu capek.
Kima: baiklah bu.
Dari luar pintu terdengar suara bell berbunyi
*ting tong* *ting tong*
Kima: siapa yang datang bu biar Kima bukakan pintu nya.
*Kima pun membuka pintu*
Kima: Sella,kamu keSini dengan siapa?
Sella tiba-tiba menjentikkan jari nya.muncul lah sesosok perempuan yang amat Kima kenal
Kima: si…Sinta?benarkah kamu Sinta?
Sinta: (mengangguk)   iya Kima aku Sinta kamu masih ingat denganku kan?
Kima: aku sangat ingat denganmu kapan kamu pulang dari amerika?
Sinta: aku sudah pulang dari kemarin dan aku ikut prihatin atas keadaanmu
Kima : kamu tau semuanya tentang keadaan ku?
Sinta : ya aku mengetahuinya semua telah Sella ceritakan. (menghadap kearah Sella dan  tersenyum)
Kima : Sella kenapa kamu menceritakan semuanya?
Sella: aku hanya ingin kamu bahagia karena Sinta datang aku harap Sinta dapat menyemangati mu.

Kima : Sel,tapi aku hanyalah gadis Yang Menanti Kematian
Sinta: jangan seperti itu kawan kamu harus berjuang aku sangat mengharap kan kamu dapat sembuh kembali.
Sella: bener itu kata Sinta setuju (tersenyum ceria)
Kima : akku sangat beruntung memiliki sahabat sebaik dan setulus kalian,aku berjanji aku akan berjuang melawan penyakit ku ini!
Sella dan Sinta: okke sekarang udah enggak ada lagi  gadis Yang Menanti Kematiannya (kompak)
Kima pun mengajak Sella dan Sinta makan malam bersama
Scene 11 di meja makan (rumah Kima)
Ibu : terimakasih  ya nak Sinta dan nak Sella
Sinta dan Sella: sama-sama tante kita juga seneng kok lihat Kima kembali ceria (kompak dan tersenyum)
Kima : ah kalian ini aku terimakasih …
Belum sempat Kima menyelesaikan pembicaraan nya tiba-tiba dia pingsan dan hidungnya mengeluarkan darah segar
Ibu : Kima!!
Kima pun segera di larikan ke rumah sakit
*****
Di rumah sakit
Sinta,Sella dan Ibu sudah menunggu namun karena Sella harus menjenguk nenek nya yang sakit dia pun pulang.tiba tiba keluar lah dokter.
Dokter: Ibu Kima sudah dapat dijenguk.
Ibu dan Sinta pun masuk ke dalam dilihatnya tubuh Kima yang terbaring lemas dan wajahnya pucat sekali.
Kima: bu mungkin ini saatnya aku menyusul ayah (terbata-bata)
Ibu : nak kamu jangan bicara seperti itu
Kima: bu aku ingin berterimakasih kepada Ibu,Sinta dan Sella aku  sangat berterimakasih

***tiba tiba Kima pun memejamkan matanya dan itu saat  terakhir ia menghembuskan nafasnya di dunia ini***
Ibu: semoga kau tenang disana nak (menangis)
***** tamat *****

Karya: VIRA RAHMA KUMALA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar